Sabtu, 01 Juni 2024 09:46

Launching Program Pendidikan Konservasi Primata di Kepulauan Mentawai

Pada hari Selasa, 28 Mei 2024, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas mengadakan acara peluncuran Program Pendidikan Konservasi Primata di Kepulauan Mentawai. Acara ini diselenggarakan di Plaza FMIPA UNAND dan dimulai pada pukul 09.00 WIB.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat dan akademisi, termasuk Dekan FMIPA Dr. Mahdhivan Syafwan dan Ketua Pelaksana Dr. Rizaldi, M.Sc. Dalam sambutannya, Dr. Mahdhivan Syafwan menyampaikan harapannya bahwa program ini akan memberikan dampak positif bagi konservasi primata di Kepulauan Mentawai serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

"Program ini adalah langkah penting dalam upaya kita melestarikan primata yang terancam punah di Kepulauan Mentawai. Hal ini sesuai dengan visi misi kita dan juga merupakan bagian prioritas dari pendidikan kita. Apalagi Mentawai, banyak dari kita yang kurang melihatnya. Di sini kita sebagai insan akademisi yang secara geografis lebih dekat, seharusnya dapat berperan lebih banyak. Terima kasih kepada Pak Rizaldi dan tim. Kita dapat membahas lebih lanjut bersama departemen lain terkait apa yang bisa kita berikan kontribusi karena hal ini bisa terkait dengan semua bidang keilmuan," ujar beliau.

Ketua Pelaksana, Dr. Rizaldi, M.Sc, juga memberikan sambutannya. Beliau menjelaskan tujuan dan manfaat dari program ini serta mengajak semua pihak untuk berpartisipasi aktif. "Kegiatan ini adalah kegiatan pengabdian masyarakat yang merupakan kontribusi langsung kepada masyarakat, khususnya upaya pelestarian lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati di Mentawai. Kepulauan Mentawai adalah kawasan yang dilindungi dengan populasi primata yang sangat tinggi, dan primata Mentawai hanya bisa ditemukan di Mentawai. Oleh karena itu, primata Mentawai menjadi prioritas kita untuk konservasi bagi lembaga konservasi dunia. Mengingat ancaman yang ada pada primata di Mentawai semakin meningkat, secara historis, genetik, dan geologis sangat diperlukan kajian yang sangat mendalam. Di Pulau Pagai, termasuk Sipora, mereka tidak memiliki kawasan konservasi yang representatif. Sebenarnya, ada cagar dan suaka margasatwa, tetapi tidak ada pengawasan sama sekali, baik kantor dan lain-lain. Ternyata di Pulau Pagai, primata di pulau tersebut memerlukan kawasan konservasi yang representatif," ucap beliau.

Acara ini merupakan bagian dari komitmen FMIPA Universitas Andalas dalam mendukung upaya konservasi dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.

 

Read 1565 times